Minggu, Maret 02, 2014

kita adalah kita



Kita adalah kita. Aku adalah aku. Kamu tetaplah kamu. Jadilah apa yang kamu mau. Karena hidup adalah sebuah pilihan. Mau jadi diri sendiri atau jadi orang lain? Atau mungkin kita berfikir bahwa menjadi orang lain lebih asyik. Terkadang kita berfikir bahwa orang lain lebih keren daripada kita. Membandingkan diri kita dengan yang lain. Kita lupa bahwa kita punya jati diri, kita punya soul yang itu ‘kita banget’. Kita mungkin lupa bahwa setiap orang dianugerahi oleh Allah sebuah watak yang tidak bisa diubah, mungkin kita lupa mensyukuri anugerah yang Allah berikan.
Kita akan indah jika jadi kita sendiri. karena hakikatnya kita adalah kita. Kita dengan segala keunikan dan karakteristik kita sendiri. kenyamanan adalah hal yang paling diutamakan. Kurasa jika kau nyaman dengan diri kamu, kamu akan lebih menghargai diri kamu sendiri. penghargaan kepada diri kamu sendiri akan membuatmu dihargai oleh orang lain.

Karena setiap kita istimewa, tak masalah jika kita berbeda dengannya
Setiap kita adalah mutiara, siapkah kau menjadi seseorang yang hebat dan berharga?
Siapkah kau menjadi mutiara? Siapkah kita menjadi istimewa?
Jika siap, lakukan sesuatu yang bermakna.
Aku siap menjadi berbeda, karena berbeda itu istimewa. Bagaimana denganmu? :)

Bagaimana jika orang lain mengkritikmu? Bagaimana jika orang lain merasa bahwa diri kamu tidak up to date dan tidak mengikuti perubahan zaman? Bagaimana jika ternyata teman-teman kita menuntut kita untuk mengikuti perkembangan yang ada?

Jika kritik yang ada akan membuatmu menjadi orang lain, maka janganlah berubah. Pertahankan apa yang menjadi diri kamu sendiri. menjadi orang lain akan membuatmu kehilangan pijakan.

Hari ini, aku mendapatkan pemahaman yang berbeda. ya, jika aku berfikir aku butuh seseorang untuk selalu mengarahkanku ke suatu tempat, menunjukkan jalanku, mencari orang lain sebagai pijakan, mencari seseorang yang akan menjadi kepala untuk perjalanan hidupku. Itu pemahamanku yang salah. Benar apa kata bang dicky, aku adalah aku. Aku punya Allah sebagai pengontrol kehidupanku, Dia sang pemilik hidupku. Jika dianalogikan sebuah wayang. Maka, aku adalah wayangnya. Dan dalangnya adalah Allah. Jadi, jalannya wayang dikendalikan oleh dalang. Karena wayang adalah benda mati. Bagaimana dengan kita? Kita adalah makhluk hidup yang punya akal. Jadi, kita yang memutuskan apa yang harus kita lakukan. Dan Allah sebagai pengendali kita. Allah sang maha kuasa, pemilik semesta ini. Jika kita ngotot akan sesuatu, lakukan saja, jika Allah tidak mengizinkannya, hal itu tidak akan terjadi. Bagaimanapun caranya.
Tentang pijakan. Kita punya pijakan sendiri. kita tidak berpijak pada orang lain. Bener sekali. jika aku tidak setuju dengan orang yang berjalan dikendalikan oleh orang lain, kenapa aku sekarang justru akan seperti itu? Bang dicky bilang, kita tetaplah kita. Kita akan selalu berjalan dengan apa yang menurut kita benar. Kita akan selalu berjalan di atas kaki kita dan atas kendali kita. Mencoba untuk kritis dan peka dengan lingkungan kita. Melatih daya analisis kita. Hmm… aku akan belajar untuk itu. Ya, kekuranganku adalah selalu menganggap semua orang benar dan selalu berfikir lurus. Akhirnya apa yang aku lihat adalah sesuatu yang real. Aku tidak akan tahu kalau mungkin saja apa yang terjadi di hadapanku adalah sesuatu yang pura-pura. Satu lagi, aku sudah terlatih untuk menyesuaikan apa yang aku dengar dan mengiyakan pendapat yang aku terima. Sehingga, aku tidak begitu kritis akan suatu hal.
Ya, kesalahan dan kekurangan bukan sesuatu yang terlarang. Karena manusia sendiri adalah makhluk tempatnya salah dan lupa. Yang paling penting adalah kesadaran kita ini. Alhamdulillaah… Allah mengirimkan orang-orang tempat untuk share dan belajar. Ada banyak manfaat jika kita mau menjadi pendengar yang baik. Mendengar adalah bagian dari belajar. Mendengar bukan berarti menjadi orang yang pasif dan mengiyakan apa yang kita dapat. Lebih tepatnya, mendengar dan menganalisis apa yang kita terima.
Hmm… dengan masuk ke dunia baru, terkadang membuatku menyesal, karena jiwa ini tak siap menghadapi dinamika. Dinamika membuatku canggung dan membuatku kehilangan jalan. Dinamika membuatku tidak nyaman atas sesuatu. Bahkan aku lupa akan manfaat dari dinamika. Dinamika yang ada timbul jika kita keluar dari zona aman kita. Dinamika membuat kita lebih dewasa dan belajar banyak hal.

0 komentar:

Posting Komentar