Dulu, sewaktu SMP aku menyukai pelajaran biologi. Masih
teringat pembahasan guruku tentang metamorfosa kupu-kupu. Telur-ulat-kepompong-kupu-kupu.
Indah ya? Betapa ulat bersedia menjalani sebuah proses
perbaikan hingga menjadi pribadi yang menawan. Apa yang dilakukannya di balik
kepompong yang tak indah dipandang? Menyulam kepribadian. Mungkin.
20 Februari 2015, bilangan kesekian kali yang dihadirkan
oleh Dia. Apa kabar proses metamorfosa seorang dwi Nurul hidayah? Apakah
resolusi di bilangan sebelumnya mampu membuatnya lebih baik di bilangan baru
ini? mungkin masih belum semenawan
seekor kupu-kupu. Mampu terbang bebas dengan sayap indahnya. –dnh-masih sosok
yang masih harus banyak berbenah. Semoga Dia mengirimkan rasa cinta dalam dada
sehingga dwi bisa menjadi sosok yang cinta berbenah. Semoga.
Metamorfosa selalu melahirkan rentetan proses perubahan. Ada
harapan-harapan yang terus berpijar mengiringi langkah metamorfosa kita. Doa,
sebuah lilin menyala, sebuah kotak kado berisi benda yang bermakna, rangkaian
kata berbentuk doa, atau sebuah nasi lengkap yang membentuk kerucut. Pastinya
semua yang mengiringi metamorfosa itu adalah sebuah kesengajaan dari
orang-orang bermakna yang sengaja dikirimkan oleh Allah, digerakkan mendekati
kita, lalu membawa itu semua. Serasa membuat kita di sebuah daratan kesadaran
bahwa, “jatah usia kita berkurang, apa yang sudah kita lakukan?”
Untukmu orang yang sayang padaku :
Izinkan dwi Nurul hidayah hadir dalam kehidupanmu, ikut
menyumbang warna, memberi sedikit cerita dan hadirnya ada untuk belajar banyak
darimu
Izinkan dwi nurul hidayah menjadi pembelajar dari manusia
sehebat dirimu
Izinkan dwi Nurul hidayah bersuara, bersuara untuk sedikit
bertanya, “maukah kau jadi saudara yang saling mengingatkan menuju kebaikan dan
perbaikan?”
Untukmu, terima kasih untuk kehadiran selama 22 tahun
membersamai sosok yang masih terus harus belajar darimu, membersamai orang
hebat sepertimu, seperti kalian. Ya, kalian… terima kasih.
0 komentar:
Posting Komentar