Ada yang mampu menjelaskan lebih
dari cukup, yaitu sorot mata.
Ada yang menjelaskan lebih dari
lebar, yaitu sorot mata.
Ada yang menjelaskan lebih dari
kata, yaitu sorot mata.
Ada yang tidak terjelaskan. Ada
yang tidak mampu terkatakan. Ada yang bisa hanya diam. Ada yang bisa pura-pura.
Ada yang berada dalam ruang kebohongan. Ada yang ada dalam jeruji
persembunyian. Tapi ketahuilah ada bagian yang mampu menjelaskan lebih dari
cukup, lebih dari lebar, dan lebih dari kata, yaitu sorot mata.
“Kau hanya cukup melihat sorot
matanya.”
Itu petuah yang aku dapatkan dari
seseorang.
“jangan kau minta dia bercerita,
menjelaskan apa yang dia rasakan, menanyakan apa yang ingin kau tau, dan
sebagainya. Kau sudah memegang kuncinya. Lihatlah sorot matanya. Mulut bisa berbicara
“bisa” tapi lihatlah ada mata yang menjelaskan sebaliknya. Bibir memang bisa
menyunggingkan sebuah senyuman, tapi lihat sorot mata yang sedang sedih.
ada penjelasan tentang senyuman yang
justru bentuk penguatan akan kesedihannya. Kumohon, jangan paksa dia
menjelaskan.”
Aku terdiam. Lalu menyahut dengan
pelan, “Aku hanya ingin mendengar dari mulutnya.”
Seseorang itu menimpali, “silahkan
jika kau mau mendengar kebohongan dan penjelasan yang tak genap”.
Dari pertemuan itu aku belajar
bahwa tak perlu menuntut penjelasan atas kata yang keluar dari mulut. Tapi kita
punya mata dan hati untuk bisa memahami semuanya dengan 1 bagian. Sorot mata.
Terima kasih untuk hari ini.
6 februari 2015
0 komentar:
Posting Komentar