Kamis, Februari 05, 2015

sorot mata, ada apa?

Ada yang mampu menjelaskan lebih dari cukup, yaitu sorot mata.
Ada yang menjelaskan lebih dari lebar, yaitu sorot mata.
Ada yang menjelaskan lebih dari kata, yaitu sorot mata.
Ada yang tidak terjelaskan. Ada yang tidak mampu terkatakan. Ada yang bisa hanya diam. Ada yang bisa pura-pura. Ada yang berada dalam ruang kebohongan. Ada yang ada dalam jeruji persembunyian. Tapi ketahuilah ada bagian yang mampu menjelaskan lebih dari cukup, lebih dari lebar, dan lebih dari kata, yaitu sorot mata.
“Kau hanya cukup melihat sorot matanya.”
Itu petuah yang aku dapatkan dari seseorang.
“jangan kau minta dia bercerita, menjelaskan apa yang dia rasakan, menanyakan apa yang ingin kau tau, dan sebagainya. Kau sudah memegang kuncinya. Lihatlah sorot matanya. Mulut bisa berbicara “bisa” tapi lihatlah ada mata yang menjelaskan sebaliknya. Bibir memang bisa menyunggingkan sebuah senyuman, tapi lihat sorot mata yang sedang sedih. ada  penjelasan tentang senyuman yang justru bentuk penguatan akan kesedihannya. Kumohon, jangan paksa dia menjelaskan.”
Aku terdiam. Lalu menyahut dengan pelan, “Aku hanya ingin mendengar dari mulutnya.”
Seseorang itu menimpali, “silahkan jika kau mau mendengar kebohongan dan penjelasan yang tak genap”.
Dari pertemuan itu aku belajar bahwa tak perlu menuntut penjelasan atas kata yang keluar dari mulut. Tapi kita punya mata dan hati untuk bisa memahami semuanya dengan 1 bagian. Sorot mata.
Terima kasih untuk hari ini.
6 februari 2015




0 komentar:

Posting Komentar