Kamis, Februari 05, 2015

bukan lapangan biasa

Kali ini Dia memberiku proyek yang harus aku jalani. Memperluas sebuah lapangan. Jika itu lapangan bola, maka aku bermaksud untuk izin warga agar tanahnya bisa dibeli untuk memperluas lahan. Tapi kali ini ternyata bukan lapangan itu, tapi lapangan hati.

Aku memutar otak, merenungi maksud-Nya, dan timbul pertanyaan. “bagaimana aku bisa?”
Aha, aku akan mencoba berbicara dengan hati. Menggusur “ketidakmampuan  untuk menerima”, memindah “persepsi buruk”, dan membabat habis “ketidakpercayaan”.
Lalu aku akan membangun dinding “penerimaan” yang kokoh dan mencarikan petugas kebersihan hati, dan mencari pengelola “kesabaran dan keikhlasan”.

Bagaimana? Ada tambahan?

29 januari 2015
1:00



0 komentar:

Posting Komentar