Kali ini Dia memberiku proyek yang harus aku jalani.
Memperluas sebuah lapangan. Jika itu lapangan bola, maka aku bermaksud untuk
izin warga agar tanahnya bisa dibeli untuk memperluas lahan. Tapi kali ini
ternyata bukan lapangan itu, tapi lapangan hati.
Aku memutar otak, merenungi maksud-Nya, dan timbul
pertanyaan. “bagaimana aku bisa?”
Aha, aku akan mencoba berbicara dengan hati. Menggusur
“ketidakmampuan untuk menerima”,
memindah “persepsi buruk”, dan membabat habis “ketidakpercayaan”.
Lalu aku akan membangun dinding “penerimaan” yang kokoh dan
mencarikan petugas kebersihan hati, dan mencari pengelola “kesabaran dan
keikhlasan”.
Bagaimana? Ada tambahan?
29 januari 2015
1:00
0 komentar:
Posting Komentar