Mahasiswa berprestasi?
Sebuah mimpi yang kutulis di 2013. Mimpi yang bertengger
sejak 2 tahun lalu di sebuah pohon mimpi yang aku tanam sendiri. Dia bebas
mengirimkan siapapun untuk belajar dimana saja, dengan siapa saja, dan tentang
apa saja. Benar kan?
2015 ini Dia memberikan bingkisan
mawapres untukku. Semua bermula dari ajakan teman untuk ikut serta dalam ajang
ini. yang aku tanyakan, “prestasi apa yang aku punya?”. Lalu, aku pun sepakat
untuk mencobanya. Tak terbesit sedikitpun Dia akan mengizinkanku untuk menjadi
mawapres. Yang aku tahu, di luar sana masih banyak yang berpotensi dan
berprestasi. Tapi, Dia pasti punya alasan mengirimkanku ke ajang ini. bukan
ajang untuk berbangga diri, tapi justru ajang untuk mengukur diri. Sebelum jauh
aku bercerita, izinkankan aku untuk berterima kasih pada-Nya. pada Sang Maha
Cinta yang Maha Pendengar dan Melihat perjuangan hamba-hamba-Nya.
Terima kasih Engkau tiupkan ruh pada jiwaku, sebuah ruh yang selalu
rindu akan cahaya-Mu
Ruh yang akhirnya menggerakkan tangan, kaki, fikiran, seluruh inderanya
untuk terus menapaki tangga kehidupan
Ruh yang membuat jiwanya tak pernah lelah untuk terus berjuang,
berjuang di lintasan-Mu, yang tak jarang Engkau hadirkan tandingan-tandingan-Mu.
Terima kasih untuk kejutan-kejutan yang membuat jiwa-jiwa ini terus
bertasbih memuji-Mu.
Terima kasih, terima kasih, terima kasih.
Terima kasihku untuk sebuah ruh perjuangan yang kau tiupkan hingga jiwa
ini lupa cara menyerah. (dnh)
Tes demi tes harus kutempuh di
tengah kesibukan menjadi mahasiwa di ujung tanduk kelulusan. Berada di antara
orang-orang hebat, 24 mawapres Fakultas yang tentunya mereka adalah orang-orang
terbaik di Fakultasnya, sungguh membuat aku terus bertasbih. Aku selalu
tersenyum melihatnya, hatiku terus bergumam, “terima kasih untuk kesempatan
belajar dari mereka ya Rabb”.
Tes berkas, kepribadian (tulis
dan wawancara), pembuatan karya tulis, presentasi karya tulis, tes Bahasa inggris
tulis, dan yang terakhir tes Bahasa inggris aktif. Kompleks bukan? tapi jaring
berkualitas dan berlapis perlu digunakan untuk menyaring partikel lembut yang
berkualitas pula. Berangkat bukan untuk sebuah ambisi kemenangan tapi lebih ke
kewajiban “memberikan yang terbaik” yang aku bisa, membuat aku menikmati
seleksi demi seleksi. Ada semangat yang mengalir lembut dalam setiap fase
menjalaninya, “aku bisa belajar”.
Ajang seperti ini selalu aku
rindukan. Ajang refleksi, aku menyebutnya. Bagaimana ajang ini bisa terus
mengingatkanku bahwa “dwi, kamu masih harus banyak belajar. Belajar dari para
mawapres fakultas-fakultas lain yang kualitasnya tidak diragukan lagi.
Manusia-manusia berkarakter yang haus perubahan yang lebih baik pada dirinya.
Manusia-manusia yang selalu ingin belajar dan berkontribusi untuk
lingkungannya.
Di detik-detik dalam setiap
seleksi yang berlangsung, membuatku semakin yakin bahwa kita masih berhak untuk
OPTIMIS. Optimis untuk apa? Optimis bahwa negeri ini, Indonesia, masih punya
harapan untuk Berjaya di hari esok. Momen presentasi karya tulis pada tanggal 9
April 2015, aku menyaksikan bagaimana ide kreatif para mawapres menyeruak,
seraya melejit ke depan, menjelajah tantangan masa depan. Aku pun sedikit
menulis prosa untuk pembukaan di kala mengawali aksi presentasi.
berfikir, bergerak, menggebrak. Ide
anak Indonesia melesat jauh ke depan. Inilah kita mawapres UM 2015
karya yang menyentuh semua
bidang. Ah, bukankah kita bebas berkontribusi di bidang apapun? Ada 1 poin yang
aku dapatkan dari momen presentasi karya tulis ini, kepekaan dan kepedulian lah ciri orang
yang berprestasi. Aku yang sedang duduk memperhatikan setiap performance
manusia-manusia hebat itu tertegun dan menyadari bahwa kedua hal itu,
kepedulian dan kepekaan, adalah 2 hal yang masih aku bangun dalam diriku. Aku
masih harus belajar untuk menumbuhkan pada jiwaku.
Bagimu, bagi kita, ya kita, aku
dan kamu…
Berprestasilah… dalam bidang
apapun yang kau suka. Seni, sains, psikologi, filsafat, kemaritiman,
pendidikan, apapun itu. Yang kita harus tahu adalah bahwa langkah-langkah kecil
kita untuk membangun perubahan adalah langkah berarti untuk kemajuan negeri.
Langkah-langkah kecil kita, yang
meski pelan, tapi itu adalah kontribusi hebat yang akhirnya akan membuat negeri
ini melesat cepat ke perubahan yang jauh lebih baik
Jiwa perjuangan kita adalah modal
termahal dan terbesar untuk sebuah perubahan yang lebih baik.
Siapapun kita, kita berpotensi. Berfikir,
bergerak, lalu siaplah untuk menggebrak. Biarkan jiwamu melesat jauh ke depan…
biarkan idemu terbebas, menembus batas. Hei, kita ditunggu kiprah kita. Tunggu
apalagi… kita pantas cinta berbenah.
24/4/2015
21 : 34
0 komentar:
Posting Komentar