Senin, Mei 11, 2015

surat untukku

Untukmu ;

Ada banyak alasan kenapa aku harus menuliskan ini untukmu. Ada banyak hal yang harus kamu tahu, perbaiki, evaluasi, atau bahkan renungi.

Sudah berapa lama kau berada dalam bumi-Nya? kukira sudah sekitar angka : 22. Sudah lama sekali. berterima kasihlah pada-Nya atas kenikmatan berupa kemudahan nafas untuk terus membuatmu tersenyum setiap hari.

Pertama-tama izinkanlah aku memberimu selamat atas pencapaian yang kamu raih selama 22 tahun. Atas keberhasilanmu untuk menerima diri sendiri dan berusaha mencintai diri sendiri. Selamat juga atas penerimaanmu pada hal-hal yang ada di sekitarmu, dan 1 hal lagi, selamat atas kesadaranmu bahwa tak selamanya kakimu akan berpijak di dunia ini sehingga sekarang kau sudah memulai memikirkan apa yang akan kau tinggalkan ketika kau akan pergi jauh. Jauh dan tak kembali.

Kedua, izinkanlah aku mendoakanmu. Untukmu jiwa yang kusayang, dan pastinya sengaja dilahirkan atas sebuah alasan. Tentunya Dia mengharapkanmu bisa menjadi sosok yang bisa menyalakan lilin kecil untuk lingkunganmu. Semoga harimu penuh dengan perbaikan, bukan atas alasan karena manusia, tapi kesadaran bahwa itulah yang harus kau lakukan sebagai bentuk syukurmu kepada Dia. Semoga jiwa tak menyerahmu selalu menyala dalam dadamu, nak. Sehingga kau tak akan gentar dengan tantangan yang ada di depan.

Semoga jiwamu terampil mengelola masalah menjadi pembentuk karakter diri. Jangan cepat mengeluh. Katakan pada jiwamu, “bersukurlah.. bersyukurlah”. Jangan biarkan raut wajahmu mengerut karena kemarahan atau rasa sebal.

Dan 1 hal lagi, pertahankan penjagaan atas jiwa dan hatimu. Yang ini sengaja kuletakkan di doa yang terakhir. Jangan takut melepaskan apa-apa yang tidak sesuai dengan-Nya. Dia akan mengganti hal yang lebih baik untukmu. Jauh lebih baik. Jangan ragu. Katakan pada keraguan dalam hatimu, “JANJI-NYA PASTI”. Tenanglah. Tidak ada perjuangan untuk penjagaan yang mudah. Tapi yakinlah, kau bisa melakukannya. Janji ya?

Yang ketiga dan yang terakhir. 
Untukmu wanitaku, wanita yang kuharapkan menjadi putri yang berbakti pada orang tua, istri shalehah untuk suamimu, dan bunda terbaik untuk anak-anakmu. Ketahuilah bahwa menjadi pribadi yang tangguh adalah hal yang kuharapkan ada padamu. Putri yang mempunyai jiwa pejuang, kelembutan yang tak membuatmu lantas menyerah dengan kondisi yang ada. Istri yang nantinya tak akan mengeluh atas apa yang ada pada keluarga kecilmu. Begitupun, kau akan menjadi ustadzah yang tangguh untuk putra putrimu. Persiapkan mulai dari sekarang, nak.
Cukuplah aku menuliskan 3 hal untukmu, wanitaku. Semoga tulisan sederhana ini membuatmu kembali tersenyum menapaki tangga kehidupan, terus memperbaiki diri dan setia pada lintasan-Nya.
                                                                                                                            

 Malang, 13 April 2015
 Yang terkasih
                                                                                                                                               
 Diri sendiri
-dnh-

metamorfosa

Dulu, sewaktu SMP aku menyukai pelajaran biologi. Masih teringat pembahasan guruku tentang metamorfosa kupu-kupu. Telur-ulat-kepompong-kupu-kupu.

Indah ya? Betapa ulat bersedia menjalani sebuah proses perbaikan hingga menjadi pribadi yang menawan. Apa yang dilakukannya di balik kepompong yang tak indah dipandang? Menyulam kepribadian. Mungkin.

20 Februari 2015, bilangan kesekian kali yang dihadirkan oleh Dia. Apa kabar proses metamorfosa seorang dwi Nurul hidayah? Apakah resolusi di bilangan sebelumnya mampu membuatnya lebih baik di bilangan baru ini?  mungkin masih belum semenawan seekor kupu-kupu. Mampu terbang bebas dengan sayap indahnya. –dnh-masih sosok yang masih harus banyak berbenah. Semoga Dia mengirimkan rasa cinta dalam dada sehingga dwi bisa menjadi sosok yang cinta berbenah. Semoga.
Metamorfosa selalu melahirkan rentetan proses perubahan. Ada harapan-harapan yang terus berpijar mengiringi langkah metamorfosa kita. Doa, sebuah lilin menyala, sebuah kotak kado berisi benda yang bermakna, rangkaian kata berbentuk doa, atau sebuah nasi lengkap yang membentuk kerucut. Pastinya semua yang mengiringi metamorfosa itu adalah sebuah kesengajaan dari orang-orang bermakna yang sengaja dikirimkan oleh Allah, digerakkan mendekati kita, lalu membawa itu semua. Serasa membuat kita di sebuah daratan kesadaran bahwa, “jatah usia kita berkurang, apa yang sudah kita lakukan?”

Untukmu orang yang sayang padaku :

Izinkan dwi Nurul hidayah hadir dalam kehidupanmu, ikut menyumbang warna, memberi sedikit cerita dan hadirnya ada untuk belajar banyak darimu

Izinkan dwi nurul hidayah menjadi pembelajar dari manusia sehebat dirimu

Izinkan dwi Nurul hidayah bersuara, bersuara untuk sedikit bertanya, “maukah kau jadi saudara yang saling mengingatkan menuju kebaikan dan perbaikan?”


Untukmu, terima kasih untuk kehadiran selama 22 tahun membersamai sosok yang masih terus harus belajar darimu, membersamai orang hebat sepertimu, seperti kalian. Ya, kalian… terima kasih. 






sedang dalam perjalanan

Kita sedang berada dalam perjalanan, bukan?

Dia telah merencanakan perjalanan kita tak mudah, Dia sengaja membuat perjalanan kita terkadang membingungkan. Penuh kelokan, jurang, atau sebuah tikungan tajam. Terkadang lurus sekali, jalan halus, membuat kita optimis akan sampai pada tujuan, “sebentar lagi kita akan sampai!”. Optimisme yang bisa jadi akan segera menguap ketika kita tahu bahwa Dia masih belum ingin kita sampai. Mungkin kita harus berjalan lebih jauh lagi. Dia ingin kita berjalan menanjak, menurun, lalu sedikit membuat kita terjatuh. Jika jalan yang kita lalui sungguh terjal, itu jelas sekali… bahwa Dia masih mau kita berjuang lebih. Lebih lagi. Bertahanlah… karena impian terkadang bukan mampu atau tidak mampu, tapi lebih ke “seberapa kuat daya tahanmu untuk meraihnya?”


Sederhana kan?  Tidak ada modal yang cukup untuk itu, kecuali perjuangan. 

kacamata siapa?

A             : ini lo keren

B             : ini lebih keren, liat aja warnanya

C             : lebih bagus inilah, liat kualitasnya dong

D             : menurutku lebih berkualitas yang ini. lebih bermanfaat dan sederhana

                Sekelumit komentar orang mengenai suatu hal. Semua itu persepsi, asumsi, pendapat. Ada yang salah? Mana yang paling benar? Semua benar, mereka bebas melihat dari sudut pandang manapun yang mereka suka.

Kau pernah mendengar pendapat buruk orang lain tentang dirimu sendiri? Atau kau pernah mendengar pendapat baik orang lain tentang dirimu sendiri?
Kurasa semua orang pernah. Entah itu baik atau buruk, coba kutanya, “itu pakai kacamata siapa?”. Semoga pendapat yang baik selalu mendorong kita untuk berbuat lebih baik dari yang mereka sangka. Semoga pandangan buruk orang lain tak lantas membuat kita berteriak, “aku tak seperti itu!! Aku itu baik!”, tapi justru sebaliknya, memperbaiki diri dan niat, dan kembali memakai kacamata-Nya.

Ah manusia, kau bebas memakai kacamata apa saja dan yang mana saja, lalu berkomentar apa saja. Tapi, jangan lupa, ada kacamata-Nya…..
semoga kita berjalan di lintasan-NYa, dengan lokomotif-Nya, dan dengan kacamata-Nya.

semangat melangkah! 

tentangku dan kamu

Aku berteriak lantang, :Fisika….. !!!
Mereka dengan serempak menjawab, “ NUKLEON”
Inilah wajah-wajah yang membuatku semangat untuk berangkat pagi dan membawa benda-benda aneh untuk sekedar demonstrasi di kelas.
Inilah wajah-wajah yang sudah membuatku menjadikan mereka alasan untukku berbagi tentang Fisika.
Inilah wajah-wajah yang membuatku setiap bangun pagi selalu tersenyum dan buru-buru pamit teman kos, “aku berangkaaaat!!”
Mungkin inilah yang membuat guru-guru itu awet muda. Karena tingkah anak SMA lebih dari amazing. PPL 2015 kuanggap sebagai kado istimewa di sela-sela skripsi. Menjadi guru itu tidak mudah, tapi aku menikmatinya. Menjadi guru yang memanusiakan manusia itu tidak mudah, tapi aku ingin berusaha untuk itu. Menciptakan pembelajaran yang bermakna itu tidak mudah, tapi aku ingin melakukannya. Dan menjadi guru sekaligus sahabat untuk mereka itu tidak mudah, tapi wajah-wajah itu membuatku untuk hadir dan berusaha menjadi guru sekaligus sahabat untuk mereka.

Satu bulan yang bermakna. PPL ini sudah membuatku berlatih untuk mencapai satu impianku di pohon mimpi yang ku buat :  “menjadi guru yang disayang oleh murid-muridnya”. J




ini tentang mahasiswa berprestasi :)

Mahasiswa berprestasi?
Sebuah mimpi yang kutulis di 2013. Mimpi yang bertengger sejak 2 tahun lalu di sebuah pohon mimpi yang aku tanam sendiri. Dia bebas mengirimkan siapapun untuk belajar dimana saja, dengan siapa saja, dan tentang apa saja. Benar kan?
2015 ini Dia memberikan bingkisan mawapres untukku. Semua bermula dari ajakan teman untuk ikut serta dalam ajang ini. yang aku tanyakan, “prestasi apa yang aku punya?”. Lalu, aku pun sepakat untuk mencobanya. Tak terbesit sedikitpun Dia akan mengizinkanku untuk menjadi mawapres. Yang aku tahu, di luar sana masih banyak yang berpotensi dan berprestasi. Tapi, Dia pasti punya alasan mengirimkanku ke ajang ini. bukan ajang untuk berbangga diri, tapi justru ajang untuk mengukur diri. Sebelum jauh aku bercerita, izinkankan aku untuk berterima kasih pada-Nya. pada Sang Maha Cinta yang Maha Pendengar dan Melihat perjuangan hamba-hamba-Nya.

Terima kasih Engkau tiupkan ruh pada jiwaku, sebuah ruh yang selalu rindu akan cahaya-Mu
Ruh yang akhirnya menggerakkan tangan, kaki, fikiran, seluruh inderanya untuk terus menapaki tangga kehidupan
Ruh yang membuat jiwanya tak pernah lelah untuk terus berjuang, berjuang di lintasan-Mu, yang tak jarang Engkau hadirkan tandingan-tandingan-Mu.
Terima kasih untuk kejutan-kejutan yang membuat jiwa-jiwa ini terus bertasbih memuji-Mu.
Terima kasih, terima kasih, terima kasih.
Terima kasihku untuk sebuah ruh perjuangan yang kau tiupkan hingga jiwa ini lupa cara menyerah. (dnh)

Tes demi tes harus kutempuh di tengah kesibukan menjadi mahasiwa di ujung tanduk kelulusan. Berada di antara orang-orang hebat, 24 mawapres Fakultas yang tentunya mereka adalah orang-orang terbaik di Fakultasnya, sungguh membuat aku terus bertasbih. Aku selalu tersenyum melihatnya, hatiku terus bergumam, “terima kasih untuk kesempatan belajar dari mereka ya Rabb”.
Tes berkas, kepribadian (tulis dan wawancara), pembuatan karya tulis, presentasi karya tulis, tes Bahasa inggris tulis, dan yang terakhir tes Bahasa inggris aktif. Kompleks bukan? tapi jaring berkualitas dan berlapis perlu digunakan untuk menyaring partikel lembut yang berkualitas pula. Berangkat bukan untuk sebuah ambisi kemenangan tapi lebih ke kewajiban “memberikan yang terbaik” yang aku bisa, membuat aku menikmati seleksi demi seleksi. Ada semangat yang mengalir lembut dalam setiap fase menjalaninya, “aku bisa belajar”.
Ajang seperti ini selalu aku rindukan. Ajang refleksi, aku menyebutnya. Bagaimana ajang ini bisa terus mengingatkanku bahwa “dwi, kamu masih harus banyak belajar. Belajar dari para mawapres fakultas-fakultas lain yang kualitasnya tidak diragukan lagi. Manusia-manusia berkarakter yang haus perubahan yang lebih baik pada dirinya. Manusia-manusia yang selalu ingin belajar dan berkontribusi untuk lingkungannya.
Di detik-detik dalam setiap seleksi yang berlangsung, membuatku semakin yakin bahwa kita masih berhak untuk OPTIMIS. Optimis untuk apa? Optimis bahwa negeri ini, Indonesia, masih punya harapan untuk Berjaya di hari esok. Momen presentasi karya tulis pada tanggal 9 April 2015, aku menyaksikan bagaimana ide kreatif para mawapres menyeruak, seraya melejit ke depan, menjelajah tantangan masa depan. Aku pun sedikit menulis prosa untuk pembukaan di kala mengawali aksi presentasi.

berfikir, bergerak, menggebrak. Ide  anak Indonesia melesat jauh ke depan. Inilah kita mawapres UM 2015

karya yang menyentuh semua bidang. Ah, bukankah kita bebas berkontribusi di bidang apapun? Ada 1 poin yang aku dapatkan dari momen presentasi karya tulis  ini, kepekaan dan kepedulian lah ciri orang yang berprestasi. Aku yang sedang duduk memperhatikan setiap performance manusia-manusia hebat itu tertegun dan menyadari bahwa kedua hal itu, kepedulian dan kepekaan, adalah 2 hal yang masih aku bangun dalam diriku. Aku masih harus belajar untuk menumbuhkan pada jiwaku.
Bagimu, bagi kita, ya kita, aku dan kamu…
Berprestasilah… dalam bidang apapun yang kau suka. Seni, sains, psikologi, filsafat, kemaritiman, pendidikan, apapun itu. Yang kita harus tahu adalah bahwa langkah-langkah kecil kita untuk membangun perubahan adalah langkah berarti untuk kemajuan negeri.
Langkah-langkah kecil kita, yang meski pelan, tapi itu adalah kontribusi hebat yang akhirnya akan membuat negeri ini melesat cepat ke perubahan yang jauh lebih baik
Jiwa perjuangan kita adalah modal termahal dan terbesar untuk sebuah perubahan yang lebih baik.
Siapapun kita, kita berpotensi. Berfikir, bergerak, lalu siaplah untuk menggebrak. Biarkan jiwamu melesat jauh ke depan… biarkan idemu terbebas, menembus batas. Hei, kita ditunggu kiprah kita. Tunggu apalagi… kita pantas cinta berbenah.
24/4/2015

21 : 34

Kamis, Maret 12, 2015

ini sederhana, sederhana sekali seperti judulnya. begitupun isinya. kumpulan kesederhanaan, kumpulan ketulusan, dan sekumpulan pemahaman yang coba kususun rapi sehingga bisa menjadi ini, karya sederhana dariku. untukmu... orang yang sayang padaku..