11:56 Di depan kamar kos 2
September 2014
Bismillaah…
“Perjalanan selalu melahirkan cinta,
kenangan, dan sesuatu yang membuat kita kian dekat dengan Allah”
Dengan
cinta,
Aku
menulisnya.. kucoba merangkai kata-kata yang ku bisa. Tak seindah para penulis
pada umumnya. Karena aku, ya, aku masih proses belajar. Belajar memahami setiap
makna kehidupan. Mengubah kejadian indah, sedih, dan penuh rasa tak seindah
membalikkantelapak tangan ternyata. Mengubah apa yang dilihat menjadi susunan
kata ternyata tidak mudah. Tapi kutulis ini dengan penuh ketulusan.
Jika hati
masis belajar memahami, maka semua indera berusaha peka,
Jika mata
mencoba mengamati, begitupun hati selalu berusaha mengerti
Entah berapa
banyak Allah mengalirkan karuniaNya kepadaku. Hingga detik ini kumenyadari
bahwa akupun belum mampu untuk bersyukur. Sudah berapa kali aku belum mampu
berproses dengan baik.
Ku tau…
perjalananku masih dipertanyakan kualitasnya. Apakah aku sudah berhasil
memaknai semua yang kutangkap?
Atau sekedar
melihat lalu mengabaikan?
Mungkin
sudah sering kumemaknai kesedihan sebagai alasan untuk terus termenung dan
meratapi. Duduk pasif, berfikir lama. Padahal kau tau… waktu terus berputar
tanpa toleransi. Seperti roda yang dijalankan oleh mesin tanpa henti. Tanpa
takut kehabisan bahan bakar. Ah, mesin Allah bukan mesin manusia yang bisa
rusak kapan saja. Kau tau itu kan?
Berbicara
jarak.
Di umur 21
tahun ini, bisa kubayangkan berapa jauh ku sudah melangkah. Jalan yang tak
pernah monoton, penuh dinamika, berkelok, tersesat, terhenti, lalu memaksa kita
untuk berbalik arah dan mencari jalan lain. Jika dinamika gerak yang terjadi
padamu adalah sebuah kesia-siaan tanpa alasan, maka kau salah besar. Jarak yang
kita lalui selalu ada rahasia di dalamnya. Scenario penuh kejutan yang
seringkali membuat kita tak habis fikir, scenario yang seringkali membuat kita
kian mencintaiNya. Tapi tak jarang scenario yang berupa kelokan tajam yang
membuat kita terjatuh, justru kian menjauhkan langkah kita dariNya.
Ya Rabb…
Kali ini aku
mengevaluasi diri. Kembali mengecek apa yang sudah kulalui untuk kesekian
kalinya. Apakah kalimat ‘harus ada peningkatan kapasitas diri setiap hari, tak
ada kata henti’ yang terpajang di setiap dinding maupun buku sudah mampu
membuatku membaharui kualitas diri.
Ku mulai
diam… kututup mata. Memanggil semua ingatan akan hari-hari yang sudah kulalui.
Mencoba melihat rekam jejak yang sudah kubuat. Catatan langkah yang mengukir
sejuta memori dalam hidup ini. Lalu ku tersenyum. Tersentak dan menangis.
Kerutan wajah yang mulai terbentuk. Ku melihat rekam jejak yang tak baik.
Banyak sekali, ya Rabb….
Kembali
terdiam. Dan ku berfikir, bukankah Allah selalu memberikan kesempatan pada
orang-orang yang mau kembali padaNya? Aku tersenyum kembali. Kuusap rembesan
air yang mengalir dari ujung mata. Aku punya Allah, Allah Maha Pengampun.
cintaMu…
cintaMu… cinta yang tak pernah putus. Cinta yang selalu menyediakan samudra
ampunan.
Kuambil
secarik kertas, menulis apa yang salah dari masa lalu. Tak lantas memaki diri
sendiri. Tapi berusaha mengobati hati. Menata yang terserak. Memperbaiki,
mengumpulkan segenap energy. Lalu… aku kembali menetapkan strategi. J
Never ending
process, perbaikan tiada henti.
Kan kuukir
jejak cintaMu… dengan sebuah karya dari hati. Mudahkanlah perbaikan diri ini.
Menuju kapasitas diri yang lebih baik lagi. J
Amin
0 komentar:
Posting Komentar