Senin, September 29, 2014

perjalanan



11:56 Di depan kamar kos                                                                             2 September 2014
Bismillaah…

“Perjalanan selalu melahirkan cinta, kenangan, dan sesuatu yang membuat kita kian dekat dengan Allah”

Dengan cinta,
Aku menulisnya.. kucoba merangkai kata-kata yang ku bisa. Tak seindah para penulis pada umumnya. Karena aku, ya, aku masih proses belajar. Belajar memahami setiap makna kehidupan. Mengubah kejadian indah, sedih, dan penuh rasa tak seindah membalikkantelapak tangan ternyata. Mengubah apa yang dilihat menjadi susunan kata ternyata tidak mudah. Tapi kutulis ini dengan penuh ketulusan.
Jika hati masis belajar memahami, maka semua indera berusaha peka,
Jika mata mencoba mengamati, begitupun hati selalu berusaha mengerti
Entah berapa banyak Allah mengalirkan karuniaNya kepadaku. Hingga detik ini kumenyadari bahwa akupun belum mampu untuk bersyukur. Sudah berapa kali aku belum mampu berproses dengan baik.
Ku tau… perjalananku masih dipertanyakan kualitasnya. Apakah aku sudah berhasil memaknai semua yang kutangkap?
Atau sekedar melihat lalu mengabaikan?
Mungkin sudah sering kumemaknai kesedihan sebagai alasan untuk terus termenung dan meratapi. Duduk pasif, berfikir lama. Padahal kau tau… waktu terus berputar tanpa toleransi. Seperti roda yang dijalankan oleh mesin tanpa henti. Tanpa takut kehabisan bahan bakar. Ah, mesin Allah bukan mesin manusia yang bisa rusak kapan saja. Kau tau itu kan?
Berbicara jarak.
Di umur 21 tahun ini, bisa kubayangkan berapa jauh ku sudah melangkah. Jalan yang tak pernah monoton, penuh dinamika, berkelok, tersesat, terhenti, lalu memaksa kita untuk berbalik arah dan mencari jalan lain. Jika dinamika gerak yang terjadi padamu adalah sebuah kesia-siaan tanpa alasan, maka kau salah besar. Jarak yang kita lalui selalu ada rahasia di dalamnya. Scenario penuh kejutan yang seringkali membuat kita tak habis fikir, scenario yang seringkali membuat kita kian mencintaiNya. Tapi tak jarang scenario yang berupa kelokan tajam yang membuat kita terjatuh, justru kian menjauhkan langkah kita dariNya.
Ya Rabb…

Kali ini aku mengevaluasi diri. Kembali mengecek apa yang sudah kulalui untuk kesekian kalinya. Apakah kalimat ‘harus ada peningkatan kapasitas diri setiap hari, tak ada kata henti’ yang terpajang di setiap dinding maupun buku sudah mampu membuatku membaharui kualitas diri.

Ku mulai diam… kututup mata. Memanggil semua ingatan akan hari-hari yang sudah kulalui. Mencoba melihat rekam jejak yang sudah kubuat. Catatan langkah yang mengukir sejuta memori dalam hidup ini. Lalu ku tersenyum. Tersentak dan menangis. Kerutan wajah yang mulai terbentuk. Ku melihat rekam jejak yang tak baik. Banyak sekali, ya Rabb….

Kembali terdiam. Dan ku berfikir, bukankah Allah selalu memberikan kesempatan pada orang-orang yang mau kembali padaNya? Aku tersenyum kembali. Kuusap rembesan air yang mengalir dari ujung mata. Aku punya Allah, Allah Maha Pengampun.
cintaMu… cintaMu… cinta yang tak pernah putus. Cinta yang selalu menyediakan samudra ampunan.
Kuambil secarik kertas, menulis apa yang salah dari masa lalu. Tak lantas memaki diri sendiri. Tapi berusaha mengobati hati. Menata yang terserak. Memperbaiki, mengumpulkan segenap energy. Lalu… aku kembali menetapkan strategi. J
Never ending process, perbaikan tiada henti.
Kan kuukir jejak cintaMu… dengan sebuah karya dari hati. Mudahkanlah perbaikan diri ini. Menuju kapasitas diri yang lebih baik lagi. J
Amin

0 komentar:

Posting Komentar