Aku bertanya pada awan, “Sore ini
kau tak lagi cerah. Ada apa? Kau sepertinya mendung sekali. kau ingin hujan?
Kau tak perlu hujan karena kau tau
hari ini aku ingin menangis. Tetaplah cerah seperti sedia kala, teman-temanku
ingin pergi camping hari ini. cerahlah, karena kecerahanmu akan sangat mereka
harapkan. Kau tak usah peduli denganku.”
“bagaimana aku bisa tak peduli? Aku
tak keberatan jika aku harus hujan dan kamu menangis di bawahku sehingga mereka
tak tau jika kau sedang menangis.” Awan menjawab
Aku menimpalinya, “tidak perlu kau
lakukan itu. Meskipun aku ingin menangis. Aku tak akan menangis. Aku tau aku
harus tegar”
“aku akan cerah hari ini jika kau
mau berjanji padaku.” Awan berkata padaku.
Aku kembali bertanya ,“janji apa?”
Awan dengan senyumnya memintaku
berjanji, “aku akan cerah hari ini. tapi aku akan tetap hujan malam ini. agar
kaca jendelamu berembun. Lalu, kau bisa menuliskan apa yang kamu rasakan di
kaca jendelamu. Tapi kau janji tak akan menangis. Terkadang menuliskan apa yang
kita rasakan jauh lebih lega daripada menangis.”
Aku tersenyum. Awan, kau memang
paling tau apa yang aku rasakan. Bersahabt denganmu selalu membuatku tau bahwa
selalu ada cara untuk terus bisa tersenyum. Terima kasih untuk hari ini.
Dan malam itu kau menepati janjimu.
Kau hujan. Aku berdiri di depan kaca jendelaku yang mulai berembun. Menuliskan
rasaku malam itu. Setelah aku kembali tersenyum, tiba-tiba kau reda. Hingga aku
pun lega dan bisa memejamkan mata. Esok harinya kau terbitkan matahari yang
hangatnya menguapkan embunmu.
Aku kembali tersenyum. “aku
mencintaimu awan”
5 februari 2015
0 komentar:
Posting Komentar