Ketika aku melewati sebuah klinik,
aku selalu tertarik pada sebuah plang yang berdiri di depannya. Mengamati
namanya lalu dengan senyum penuh harap aku bergumam , “dr. dwi Nurul hidayah”.
Okelah, memang jarum suntik, stetoskop, berbagai alat bedah adalah senjata yang
paling aku impikan untukku berperang. Aku sering bergumam, “sepertinya seru
sekali bisa membedah dan juga…. Bisa menumbuhkan
harapan setiap yang sakit untuk kembali sehat”. (aku tersenyum)
Itu mimpiku yang telah aku titipkan
pada-Nya. Akhirnya Dia telah menjawabnya. Kini aku memang akan tetap menjadi
dokter. Dokter anak. Tetap akan berperang, yaitu di ruang kelas. Aku akan tetap
membedah. Ya, membedah pemikiran siswa, menyuntikkan pengetahuan, mendengarkan
degub jantung semangatnya dengan stetoskop kepekaan. Aku akan tetap mempunyai
kesempatan untuk menumbuhkan harapannya. Ya, harapan untuk sehat pemikiran,
bahwa setiap siswa selalu punya potensi. J
bahwa setiap siswa itu cerdas.
Sampai pada barisan kalimatku yang
ini aku disadarkan oleh suara yang tiba-tiba mengagetkanku,
“bu dwi, kenapa fisika sulit
sekali?”, dia menghampiriku dengan wajah frustasi
Aku tersenyum, ini dia jawaban
dari-Nya.
Road to PPL
29 januari 2015
00 : 45
0 komentar:
Posting Komentar