Kamis, Februari 05, 2015

dokter pendidikan

Ketika aku melewati sebuah klinik, aku selalu tertarik pada sebuah plang yang berdiri di depannya. Mengamati namanya lalu dengan senyum penuh harap aku bergumam , “dr. dwi Nurul hidayah”. Okelah, memang jarum suntik, stetoskop, berbagai alat bedah adalah senjata yang paling aku impikan untukku berperang. Aku sering bergumam, “sepertinya seru sekali bisa membedah dan juga….  Bisa menumbuhkan harapan setiap yang sakit untuk kembali sehat”. (aku tersenyum)
Itu mimpiku yang telah aku titipkan pada-Nya. Akhirnya Dia telah menjawabnya. Kini aku memang akan tetap menjadi dokter. Dokter anak. Tetap akan berperang, yaitu di ruang kelas. Aku akan tetap membedah. Ya, membedah pemikiran siswa, menyuntikkan pengetahuan, mendengarkan degub jantung semangatnya dengan stetoskop kepekaan. Aku akan tetap mempunyai kesempatan untuk menumbuhkan harapannya. Ya, harapan untuk sehat pemikiran, bahwa setiap siswa selalu punya potensi. J bahwa setiap siswa itu cerdas.
Sampai pada barisan kalimatku yang ini aku disadarkan oleh suara yang tiba-tiba mengagetkanku,
“bu dwi, kenapa fisika sulit sekali?”, dia menghampiriku dengan wajah frustasi
Aku tersenyum, ini dia jawaban dari-Nya.
Road to PPL
29 januari 2015
00 : 45




0 komentar:

Posting Komentar