Kamis, Februari 05, 2015

kontradiksi

Mengapa hidup selalu terdiri dari kontradiksi-kontradiksi yang membuat kita tersenyum dan sedih? bahagia dan duka? Cinta dan benci? Suka dan tidak suka? Setuju dan tidak setuju?

Aku seringkali bertanya sebelum berusaha memahami. Aku lupa bahwa manusia diciptakan dengan paket tempatnya salah, tempatnya lupa dan tak pernah puas serta cepat bosan. Angin selalu dibutuhkan untuk membentuk riak gelombang. Keramaian selalu dibutuhkan untuk menyadarkan bahwa kita tak pernah hidup sendirian. Kesedihan diperlukan agar kau tak bosan dan kesenangan hingga bisa jadi kau lupa rasanya bagaimana kesenangan itu karena hidupmu adalah kesenangan. Bukankah kita seringkali menganggap biasa sesuatu yang sudah akrab dengan kita?
Kita lupa bahwa nikmat bernafas adalah segalanya. Kita lupa mensyukurinya karena bernafas adalah kenikmatan yang selalu kita terima sampai saat ini. sampai pada tahap Allah akan membuat kita susah bernafas agar kita mulai menyadari bahwa bernafas adalah kenikmatan yang luar dari biasa. Begitupun sebuah pertemuan, pertemuan singkat terkadang jauh lebih berkesan daripada pertemuan yang berlama-lama. Seringkali kau tak bisa menjelaskan perasaan apa yang ada dalam hatimu ketika bersamanya, namun kau akan bisa menjelaskan ketika dia telah tiada.

Hari ini, Allah mengujiku dengan sebuah kepergian. Ya, kepergian kakek di penutup tahun 2014. 27 desember 2014. Aku baru menyadari pentingnya sebuah kehadirannya ketika aku dihadapkan pada kepergian. Ternyata aku tak siap. Ternyata ada sesal yang tertinggal dalam hati. Kenapa? Karena waktu yang lama, durasi yang Tuhan berikan tak membuatku lantas memanfaatkannya untuk menemani di sampingnya. Sekedar duduk mendengar petuah dan ceritanya. Orang tua terkadang banyak diam ketika putra putrinya, cucunya dan keluarganya tak menyempatkan mengunjunginya. Mereka tak akan protes. Tapi fahamilah, sorot matanya selalu menceritakan kerinduan dan harapan akan sebuah kehadiran. Dan detik kepergiannya, aku baru memahami hal itu. Telat memang. Tapi setidaknya aku jadi faham, bahwa orang tua, selalu mengharapkan kehadiran kita. Kehadiran tidak harus jiwa yang ada di sampingnya. Namun doa dan perhatian.

Kontradiksi itu yang membuat kita tak pernah bosan menjalani hidup. Yang datar tak berkesan. Yang naik-turun itulah yang mencipta dinamika keindahan.
Terima kasih untuk kontradiksi dalam hidup. Yang membuatku belajar banyak hal. Karena bersamanya, aku melihat makna.

Selamat jalan kakek. Cucumu telah belajar arti kehadiran dan harapan. Diam tak berarti tak punya kata. Tapi justru diam itulah yang menuntut  kita lebih peka.

  J 6 februari 2015




0 komentar:

Posting Komentar