Mengapa hidup selalu terdiri dari
kontradiksi-kontradiksi yang membuat kita tersenyum dan sedih? bahagia dan
duka? Cinta dan benci? Suka dan tidak suka? Setuju dan tidak setuju?
Aku seringkali bertanya sebelum
berusaha memahami. Aku lupa bahwa manusia diciptakan dengan paket tempatnya
salah, tempatnya lupa dan tak pernah puas serta cepat bosan. Angin selalu
dibutuhkan untuk membentuk riak gelombang. Keramaian selalu dibutuhkan untuk
menyadarkan bahwa kita tak pernah hidup sendirian. Kesedihan diperlukan agar
kau tak bosan dan kesenangan hingga bisa jadi kau lupa rasanya bagaimana
kesenangan itu karena hidupmu adalah kesenangan. Bukankah kita seringkali
menganggap biasa sesuatu yang sudah akrab dengan kita?
Kita lupa bahwa nikmat bernafas
adalah segalanya. Kita lupa mensyukurinya karena bernafas adalah kenikmatan
yang selalu kita terima sampai saat ini. sampai pada tahap Allah akan membuat
kita susah bernafas agar kita mulai menyadari bahwa bernafas adalah kenikmatan
yang luar dari biasa. Begitupun sebuah pertemuan, pertemuan singkat terkadang
jauh lebih berkesan daripada pertemuan yang berlama-lama. Seringkali kau tak
bisa menjelaskan perasaan apa yang ada dalam hatimu ketika bersamanya, namun
kau akan bisa menjelaskan ketika dia telah tiada.
Hari ini, Allah mengujiku dengan
sebuah kepergian. Ya, kepergian kakek di penutup tahun 2014. 27 desember 2014.
Aku baru menyadari pentingnya sebuah kehadirannya ketika aku dihadapkan pada
kepergian. Ternyata aku tak siap. Ternyata ada sesal yang tertinggal dalam hati.
Kenapa? Karena waktu yang lama, durasi yang Tuhan berikan tak membuatku lantas
memanfaatkannya untuk menemani di sampingnya. Sekedar duduk mendengar petuah
dan ceritanya. Orang tua terkadang banyak diam ketika putra putrinya, cucunya
dan keluarganya tak menyempatkan mengunjunginya. Mereka tak akan protes. Tapi
fahamilah, sorot matanya selalu menceritakan kerinduan dan harapan akan sebuah
kehadiran. Dan detik kepergiannya, aku baru memahami hal itu. Telat memang.
Tapi setidaknya aku jadi faham, bahwa orang tua, selalu mengharapkan kehadiran
kita. Kehadiran tidak harus jiwa yang ada di sampingnya. Namun doa dan
perhatian.
Kontradiksi itu yang membuat kita
tak pernah bosan menjalani hidup. Yang datar tak berkesan. Yang naik-turun
itulah yang mencipta dinamika keindahan.
Terima kasih untuk kontradiksi
dalam hidup. Yang membuatku belajar banyak hal. Karena bersamanya, aku melihat
makna.
Selamat jalan kakek. Cucumu telah
belajar arti kehadiran dan harapan. Diam tak berarti tak punya kata. Tapi
justru diam itulah yang menuntut kita
lebih peka.
J 6
februari 2015
0 komentar:
Posting Komentar